PEMBAHASAN
A. Pengertian Anak Tunagrahita
Menurut American
Association on Mental Deficiency (AAMD) anak tunagrahita adalah anak yang
secara umum memiliki kekurangan dalam hal fungsi intelektualnya secara nyata
dan bersamaan dengan itu, berdampak pula pada kekurangannya dalam hal prilaku
adaptifnya, di mana hal tersebut terjadi pada masa perkembangannya dari lahir
sampai dengan usia delapan belas tahun. Pernyataan tersebut pun dapat pula
diartikan bahwa anak tunagrahita adalah mereka yang memiliki hambatan pada dua
sisi, yaitu pertama pada sisi kemampuan intelektualnya yang berada di bawah
anak normal. Anak tersebut memiliki kemampuan intelektual yang berada pada dua
standar di bawah normal jika diukur dengan tes intelegensi dibandingkan dengan
anak normal lainya. Yang kedua adalah kekurangan pada sisi prilakua adaptifnya
atau kesulitan dirinya untuk mampu bertingkah laku sesuai dengan situasi yang
belum dikenal sebelumnya. Keadaan tersebut terjadi pada proses pertumbuhannya,
cara berfikir dan kemampuannya dalam bermasyarakat sejak anak tersebut lahir
dan berusia delapan belas tahun.
Moh. Amin
(1995:11), menguraikan gambaran tentang anak tunagrahita yaitu, anak
tunagrahita kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang bersifat abstrak, yang
sulit-sulit dan yang berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang atau tidak
berhasil bukan sehari dua hari atau sebulan dua bulan, tetapi untuk
selama-lamanya dan bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hampir segala-galanya.
Lebih-lebih dalam pelajaran, seperti mengarang, menyimpulkan isi bacaan,
menggunakan symbol-simbol berhitung, dan dalam semua pelajaran yang bersifat
teoritis. Dan juga mereka kurang atau terhambat dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Pendapat di atas
sejalan dengan definisi yang ditetapkan AAMD yang dikutip oleh Grossman (Kirk
& Gallagher, 1986:116), yang artinya bahwa ketunagrahitaan mengacu pada
sifat intelektual umum yang secara jelas di bawah rata-rata, bersama kekurangan
dalam adaptasi tingkah laku dan berlangsung pada masa perkembangan.
Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa:
Anak tunagrahita
memiliki kecerdasan di bawah rata-rata sedemikian rupa dibandingkan dengan anak
normal pada umumnya.
Adanya
keterbatasan dalam perkembangan tingkah laku, ketunagrahitaan tersebut
berlangsung pada masa perkembangan.
B. Penyebab
Ketunagrahitaan
Terdapat banyak
faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi tunagrahita. Para ahli dari
berbagai ilmu telah berusaha membagi faktor-faktor penyebab ini diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Faktor keturunan
Adanya kelainan
kromosom baik autosom (mempunyai kromosom 3 ekor pada kromosom nomor 21
sehingga anak mengalami Langdon Down’s S yndrome dan pada trisomi kromosom
nomor 15 anak akan menderita Patau’s Syndrome dengan ciri-ciri berkepala kecil,
mata kecil, berkuping aneh, sumbing, dan kantung empedu yang besar. Selain itu,
setelah mencapai masa puber tubuhnya menjadi panjang, gayanya mirip wanita,
berpayudara besar.
2. Gangguan metabolisme dan gizi
Metabolisme dan
gizi merupakan hal yang penting bagi perkembangan individu terutama
perkembangan sel-sel otak. Beberapa kelainan yang disebabkan oleh kegagalan
metabolisme dan kekurangan gizi diantaranya adalah sebagai berikut:
a.
Phenylketonuria
Salah satu
akibat gangguan metabolisme asam amino juga kelainan gerakan enzym
phenylalanine hydroxide. Gejala umum yang nampak adalah tunagrahita, kekurangan
pigmen, microcephaly, serta kelainan tingkah laku.
b.
Cretinisme
Disebabkan oleh
keadaan hypohyroidism kronik yang terjadi selama masa janin atau segera setelah
melahirkan. Berat ringan kelainan tergantung pada tingkat kekurangan thyroxin.
Gejala utama yang tampak adalah adanya ketidaknormalan fisik yang khas dan
ketunagrahitaan dan awal gejalanya dengan kurangnya nafsu makan, anak menjadi
sangat pendiam, jarang tersenyum dan tidur yang berlebihan.
3. Infeksi dan keracunan
Adanya infeksi
dan keracunan terjangkitnya penyakit-penyakit selama janin masih berada dalam
kandungan ibunya yang menyebabkan anak lahir menjadi tunagrahita.
a.
Rubella
Penyakit ini
menjangkiti ibu pada dua belas minggu pertama kehamilan. Selain tunagrahita,
ketidaknormalan yang disebabkan penyakit ini adalah kelainan pendengaran,
penyakit jantung bawaan, berat badan yang sangat rendah pada waktu lahir dan
lain-lain.
b.
Syphilis bawaan
Kondisi bayi
yang terkena Syphilis adalah kesulitan pendengaran, hidungnya tampak seperti
hidung kuda.
c.
Syndrome Gravidity beracun
Ketunagrahitaan
yang timbul dari Syndrome Gravidity beracun terjadi pada sebagian bayi yang
lahir prematur, kerusakan janin yang disebabkan oleh zat beracun, dan
berkurangnya aliran darah pada rahim dan plasenta.
4. Trauma dan zat radioaktif
Trauma otak yang
terjadi di kepala dapat menimbulkan pendarahan intracranial terjadinya
kecacatan pada otak. Ini biasanya disebabkan karena kelahiran yang sulit
sehingga memerlukan alat bantu. Selain itu penyinaran atau radiasi sinar X
selama bayi dalam kandungan mengakibatkan cacat mental microcephaly.
5. Masalah pada kelahiran
Adanya kelahiran
yang disertai hypoxia (kejang dan nafas pendek) dipastikan bahwa bayi yang akan
dilahirkan menderita kerusakan otak.
6. Faktor lingkungan
Latar belakang
pendidikan orang tua sering juga dihubungkan dengan masalah-masalah
perkembangan. Kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan dini
serta kurangnya pengetahuan dalam memberikan rangsang-rangsang positif dalam
masa perkembangan anak dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya gangguan
atau hambatan dalam perkembangan anak. Kurangnya kontak pribadi dangan anak,
misalnya dengan tidak mengajaknya berbicara, tersenyum, bermain yang
mengakibatkan timbulnya sikap tegang, dingin dan menutup diri. Kondisi demikian
akan berpengaruh buruk terhadap perkembangan anak baik fisik maupun mental intelektualnya.
C. Karakteristik Anak Tunagrahita
Berdasarkan
pengertian yang telah dipaparkan di atas, maka anak tunagrahita memiliki
karakteristik tersendiri pada segi tingkah laku, emosi dan sosialnya, cara
belajarnya dan kesehatan pada fisikya. Untuk karakteristik tersebut, setiap
anak tunagrahita memiliki karakteristik yang berada sesuai dengan tingkat
kekurangannya. Secara umum karakteristik tersebut dapat digeneralkan ke dalam
beberapa hal, meliputi:
Segi
intelektualnyaa. Anak tunagrahita mampu mengetahui atau menyadari situasi,
benda-benda dan orang di sekitarnya, namun mereka tidak mampu memahami
keberadaan dirinya. Hal tersebut disebabkan oleh faktor bahasa yang manjadi
hambatan, dikarenakan mereka pada umunya sulit untuk mengatakan atau menyampaikan
kata yang sesuai dengan keadaan yang diinginkannya.
b. Mereka
berkesulitan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada, tidak mampu membuat
suatu rencana bagi dirinya, dan anak tersebut pun sulit untuk memilih
alternatif pilihan yang berbeda.
c. Mereka sulit
sekali untuk menuliskan simbol-angka, sehingga secara umum mereka memiliki
kesulitan dalam bidang membaca, menulis dan berhitung.
d. Kemampuan
belajar anak tunagrahita terbatas. Mereka mengalami kesulitan yang berarti
dalam pengetahuan yang bersifat konsep dan dalam menempatkan dirinya dengan
keadaan situasi lingkungannya.
Segi tingkah
laku (perilaku adaptif)
a. Perkembangan
anak tunagrahita lamban. Sulit mempelajari sikap tertentu, bahkan sulit
melakukan pekerjaan yang ditugaskan walaupun tugas tersebut bagi orang normal
sangat sederhana.
b. Faktor
kognitif merupakan hal yang sulit bagi anak tersebut, khususnya yang berkenaan
dengan perhatian dengan atau konsentrasi, ingatan, berbicara dengan bahasa yang
benar, dan dalam kemampuan akademiknya.
c. Anak tunagrahita
seringkali merasakan ketidakmampuan dalam melakukan suatu pekerjaan atau tugas
yang diberikan padanya, karena seringnya melakukan kesalahan-kesalahan pada
saat melakukannya. Mereka pada umunya kurang percaya diri dan seringkali
menggantungkan bimbingan atau bantuan orang lain, atau dengan kata lain rasa
kemampuan dirinya kurang. Mereka juga seringkali sulit dalam memilih lingkungan
pergaulan yang baik, sehingga mudah terjerumus pada hal-hal yang bersifat
negatif. Jadi dari karakteristik di atas, dapat disimpulkan bahwa anak
tunagrahita itu memiliki kekurangan di dalam beberapa hal, seperti melakukan
koordinasi gerak dan sensorinya, rendahnya rasa toleransi, kemampuan untuk
memahami konsep-konsep, hal yang bersifat akademik, dan menarik suatu kesimpulan,
memusatkan perhatian, memanfaatkan waktu luangnya, memilih lingkungan pergaulan
yang baik, kesulitan dalam bahasa, dan yang tidak kalah pentingnya adalah
kemampuan untuk mendapatkan pekerjaan.
D. Usaha pencegahan
Beberapa
alternatif upaya pencegahan timbulnya ketunagrahitaan adalah sebagai berikut:
Diagnostik
Prenatal, yaitu usaha yang dilakukan untuk memeriksa kehamilan. Dengan ini
diharapkan dapat ditemukan kemungkinan adanya kelainan pada janin, baik berupa
kromosom maupun kelainan enzim yang diperlukan bagi perkembangan janin.
Imunisasi
dilakukan terhadap ibu hamil maupun balita, sehingga dapat mencegah timbulnya
penyakit yang mengganggu perkembangan bayi.
Tes darah, untuk
menghindari kemungkinan menurunkan benih-benih yang berkelainan.
Program keluarga
berencana.
Penyuluhan
genetik, suatu usaha mengkomunikasikan berbagai informasi yang berkaitan dengan
masalah genetika dan masalah yang ditimbulkannya lewat media tertentu.
Tindakan operasi
diperlukan terutama bagi kelahiran dengan resiko tinggi untuk mencegah kelainan
yang ditimbulkan pada waktu kelahiran (masalah perinatal, misalnya trauma,
kekurangan oksigen dan lainnya.)
KESIMPULAN
Anak tunagrahita
adalah mereka yang kecerdasannya jelas-jelas berada di bawah rata-rata, disamping
itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Mereka memiliki hambatan pada dua sisi, yaitu pertama pada sisi
kemampuan intelektualnya yang berada di bawah anak normal. Anak tersebut
memiliki kemampuan intelektualnya yang berada pada dua satnda deviasi di bawah
normal jika diukur dengan tes intelegensi dibandingkan dengan anak normal
lainya. Yang kedua adalah kekurangan pada sisi prilakua adaptifnya atau
kesulitan dirinya untuk mampu bertingkah laku sesuai dengan situasi yang belum
dikenal sebelumnya.
Kurangnya
kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan dini serta kurangnya pengetahuan
dalam memberikan rangsang-rangsang positif dalam masa perkembangan anak dapat
menjadi salah satu penyebab timbulnya gangguan atau hambatan dalam perkembangan
anak. Beberapa alternatif yang dapat ditempuh sebagai antisipasi untuk mencegah
bertambahnya populasi anak berkelainan khususnya anak Tunagrahita dengan cara
Diagnostik Prenatal, Imunisasi, Tes darah, Program keluarga berencana,
Penyuluhan genetik, dan Tindakan operasi.
DAFTAR PUSTAKA
Dipi, Amin.
(1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Yundhini, Anna.
(2006). Proposal Penelitian: Pembelajaran Bagi Anak Tunagrahita di Sekolah Dasar.
Bandung: Program sarjana Univerditas Pendidijan Indonesia.
Delphi. Bandi.
(1996). Sebab-sebab Keterbelakangan Mental. Bandung: Mitra Grafika.
http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/09/26/makalah-psikologi-tentang-penyuluhan-tentang-siapa-mengapa-dan-bagaimana-terjadi-ketunagrahitaan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar