Tunawicara
merupakan individu yang mengalami kesulitan berbicara. Hal ini dapat disebabkan
oleh kurang atau tidak berfungsinya alat-alat bicara, seperti rongga mulut,
lidah, langit-langit dan pita suara. Selain itu, kurang atau tidak berfungsinya
organ pendengaran, keterlambatan perkembangan bahasa, kerusakan pada system
saraf dan struktur otot, serta ktidakmampuan dalam control gerak juga dapat
mengakibatkan keterbatasan dalam berbicara. DI antara individu yang mengalami
kesulitan berbicara ada yang sama sekali tidak dapat berbicara, dapat
mengeluarkan bunyi tetapi tidak mengucapkan kata-kata dan ada yang dapat
berbicara tetapi tidak jelas.
Disabilitas
pendengaran pada umumnya dialami oleh individu yang lahir sebelum waktunya
(premature). Penyandang disabilitas bicara ini memiliki beberapa karakteristik
antara lain memiliki suara sengau, cadel, bicara tidak jelas dan tidak
mengeluarkan suara saat berbicara, cenderung pendiam, pandangan tertuju pada
satu obyek, menggunakan komunikasi non verbal dan bahasa tubuh untuk
mengungkapkan pendapat, pikiran dan keinginan, serta lebih memilih
berkomunikasi secara tertulis.
Masalah yang
utama pada diri seorang tunawicara adalah mengalami
kehilangan/terganggunya fungsi pendengaran (tunarungu) dan atau fungsi bicara
(tunawicara), yang disebabkan karena bawaan lahir, kecelakaan maupun
penyakit. Umumnya anak dengan gangguan dengar/wicara yang disebabkan karena
faktor bawaan (keturunan/genetik) akan berdampak pada kemampuan
bicara Walaupun tidak selalu. Sebaliknya anak yang tidak/kurang dapat
bicara umumnya masih dapat menggunakan fungsi pendengarannya walaupun tidak
selalu. Anak dengan gangguan dengar/wicara dikelompokan sebagai berikut :
a)
Ringan (20 – 30 db)
Umumnya mereka
masih dapat berkomunikasi dengan baik, hanya kata-kata tertentu saja yang tidak
dapat mereka dengar langsung, sehingga pemahaman mereka menjadi sedikit
terhambat.
b)
Sedang (40 – 60 db)
Mereka mulai
mengalami kesulitan untuk dapat memahami pembicaraan orang lain, suara yang
mampu terdengar adalah suara radio dengan volume maksimal
c)
Berat/parah (di atas 60 db)
Kelompok ini
sudah mulai sulit untuk mengikuti pembicaraan orang lain, suara yang mampu
mereka dengar adalah suara yang sama kerasnya dengan jalan pada jam-jam sibuk.
Biasanya kalau masuk dalam kategori ini sudah menggunakan alat bantu dengar,
mengandalkan pada kemampuan membaca gerak bibir, atau bahasa isyarat untuk
berkomunikasi.
Karakteristik
tunawicara:
a)
Berbicara keras dan tidak jelas
b)
Suka melihat gerak bibir atau gerak tubuh teman bicaranya
c)
Telinga mengeluarkan cairan
d)
Menggunakan alat bantu dengar
e)
Bibir sumbing
f)
Suka melakukan gerakan tubuh
g)
Cenderung pendiam
h)
Suara sengau
i)
Cadel
Cara membantu
tunawicara:
a)
Bicara h`rus jelas dengan ucapan yang benar
b)
Gunakan kalimat sederhana dan singkat
c)
Gunakan komunikasi non verbal seperti gerak bibir atau gerakan tangan
d)
Gunakan pulpen dan kertas untuk menyampaikan pesan
e)
Bicara berhadapan muka
f)
Latihan gerak bibir dengan cermin
g)
Latihan menggunakan bahasa isyarat
h)
Jika masih memungkinkan, periksakan kepada tenaga profesional untuk mendapatkan
alat bantu dengar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar